Depresiasi Rupiah Terhadap Dolar AS di Tengah Kebijakan Moneter The Fed yang Ketat
ptaskes.com – Pada Senin, 27 Mei 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan, ditutup pada angka Rp16.060 per USD, mengalami depresiasi sebesar 0,44% menurut data dari Refinitiv. Peristiwa ini menjadi signifikan karena ini adalah pertama kalinya rupiah menembus level Rp16.000 per USD sejak 15 Mei 2024.
Di sisi lain, indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap basket mata uang utama lainnya, juga mengalami penurunan meski tipis, yaitu sebesar 0,01%, berakhir pada 104,71. Ini menunjukkan sedikit pelemahan dolar AS dari posisi penutupan sebelumnya pada 22 Mei 2024 yang berada di angka 104,72.
Tren pelemahan rupiah ini terjadi dalam konteks kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) yang masih ketat, dimana belum ada indikasi pemotongan suku bunga. Berdasarkan risalah dari pertemuan terakhir Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), terungkap adanya kekhawatiran di antara para pembuat kebijakan mengenai timing yang tepat untuk melonggarkan kebijakan moneter, terutama mengingat tingkat inflasi yang masih berada di atas target tahunan The Fed sebesar 2%.
Dari risalah tersebut, beberapa pejabat menyatakan meskipun inflasi telah menurun dalam tahun terakhir, namun belum ada kemajuan yang cukup dalam beberapa bulan terakhir untuk mencapai target inflasi. Bahkan, beberapa pejabat menyebutkan kemungkinan untuk memperketat kebijakan lebih lanjut jika risiko inflasi masih tinggi.
Situasi ini memberikan tekanan tambahan pada rupiah, mengingat potensi dolar AS untuk bertahan di level tinggi dalam jangka pendek. Pasar saat ini dalam kondisi wait and see, menantikan sinyal lebih lanjut dari pidato pejabat The Fed yang dapat memberikan indikasi tentang arah kebijakan moneter AS ke depan.